Sejarah Penggunaan Lintah

Lintah telah digunakan sejak jaman prasejarah untuk tujuan terapi. Lintah telah mengalami pasang surut dalam dunia medis, selama abad ke-19 khususnya di Perancis, lintah sangat populer, namun juga pernah mengalami masa-masa kemunduran. Di masa kini, lintah telah kembali populer terutama dalam bedah plastik dan traumatology dan juga kembali banyak digunakan dalam pengobatan tradisional.

Abad Pertengahan

Jejak penggunaan lintah yang tertua telah tampak sejak masa lalu, paling sedikit 1600 - 1300 SM. Lukisan dinding menggambarkan penerapan lintah telah ditemukan di dalam makam di Thebes (Mesir) dari dinasti ke-18.
Penggunaan lintah juga dideskripsikan oleh penulis Yunani dan Latin dari Masa Pertengahan (Plautus, Cicero, Horace) dengan nama bdella, sanguisuga atau hirudo.
Di Yunani, NICANDER of Colophon (185 - 138 SM) dan di Roma, THEMISON of Laodicea (123-43 SM) tampaknya yang pertama direkomendasikan menggunakan terapi lintah. PLINY the Elder (23 - 79 M) telah merekomendasikan penggunaan lintah dalam terapi phlebitis dan haemorrhoids.
Pada akhir abad pertengahan, dokter telah melakukan terapi terhadap banyak penyakit dengan lintah. Menuju pertengahan abad ke-16, Conrad GESSNER dari Swiss memberikan deskripsi detail mengenai lintah medis dan menganjurkan penggunaannya. Pada abad ke-17, perdarahan dilakukan dengan menggunakan lancet dan penggunaan lintah masih kurang. Selama periode tersebut, Jérôme NEGRISOLI mempublikasikan penerapan lintah dalam bidang gynaecology.

Dari abad ke-17 sampai abad ke-19

Pada abad ke-18, lintah kembali disukai, khususnya dalam penanganan phlebitis dan haemorrhoid. Selama masa Revolusi Industri, kekurangan ahli bedah menjadikan lintah digunakan untuk penanganan perdarahan.
Pada abad ke-19, banyak tulisan tentang lintah dipublikasikan. Pada tahun 1809, VITET, pengarang "Treaty of Medical Leeches" menyatakan: "manfaat lintah pada manusia sangat banyak sehingga dokter perlu untuk memperhatikannya". Lintah sekali lagi dipertimbangkan untuk menjadi alat terapi yang unik. Pengaruh dari BROUSSAIS (1772 - 1838), ahli bedah dalam pasukan Napoleon, meyakinkan penggunaan lintah dan memperjual belikannya. Perancis menjadi pasar lintah terbesar pada waktu itu. Motto BROUSSAIS adalah: "Kebanyakan penyakit disebabkan oleh stimulasi berlebih, seringnya inflamasi/radang perut, seharusnya diterapi dengan mengontrol inflamasi/radang, misalnya penerapan lintah pada abdomen dan diet yang ketat". Dari tahun 1822, BROUSSAIS mempublikasikan "The Annals of Medicine", jurnal bulanan yang terbit selama 12 tahun, membuatnya bisa menyebarkan doktrinnya ke seluruh Eropa. Jumlah lintah yang digunakan antara tahun 1830 sampai 1840 kira-kira sebanyak 60 juta per tahun. Pada waktu yang sama, Rusia mengkonsumsi 30 juta lintah secara rutin untuk terapi bermacam-macam kelainan, mulai dari TBC sampai epilepsi dan rematik.
Penggunaan lintah dalam skala besar lambat laun mengurangi populasi lintah di tanah rawa Perancis. Sehingga, Perancis mulai melirik negara tetangga. Namun dalam waktu yang tidak lama, mereka juga kewalahan memenuhi kebutuhan, dan akhirnya mencari pemasok dari Hongaria, Polandia, Yunani dan Turki. Untuk menambah keuntungannya, pada tahun 1827 bebeapa perusahaan mulai mengekspor lintah yang diproduksi oleh hirudiniculture. Berkat perbaikan pada sistem transportasi, perdagangan lintah sudah mulai mengglobal. Namun demikian, ekspor tetap di bawah impor, dengan paling banyak diekspor ke Spanyol, Belgia, Teritori Seberang Perancis, Inggris, Swiss, Amerika, Brasil dan Jerman. Amerika menjadi konsumen utama dari Eropa karena tidak bisa mengembangbiakkan Hirudo decora.
Pada tahun 1835, pemerintah Amerika memberikan subsidi sebesar 500 dolar bagi siapa saja yang bisa membudidayakan lintah Eropa.
Pada waktu yang sama, dengan melihat pasar yang terus berkembang, budidaya dimulai di Gironde, sebuah wilayah yang sesuai untuk aktivitas tersebut, dengan ditandai keberadaan lintah yang melimpah di daerah tersebut. BECHADE, sebuah keluarga petani di wilayah tersebut, telah menemukan cara untuk membudidayakan lintah. Mereka menyadari bahwa lintah muncul ketika kuda yang sakit berjalan ke dalam rawa, menjadi ide untuk memberi makan lintah dengan binatang ini. Bisnis BECHADE berkembang pesat dan kesuksesannya mendorong orang lain untuk menirunya. Pada tahun 1854, pembiakan lintah di Gironde telah menempati lahan lebih dari 5000 hektar, dengan sejumlah besar lahan untuk ladang rumput kuda. Namun demikian, bisnis yang menguntungkan ini dikotori oleh aktivitas yang curang, lintah diisi dengan darah untuk menambah berat badannya, sehingga lintah di pasar banyak yang tidak layak pakai.
Komite kesehatan pemerintah di Gironde menghadapi 2 masalah, tidak terpenuhinya standar kesehatan umum dan harus melindungi industri yang mendatangkan banyak keuntungan bagi masyarakat. Masalah kesehatan berhubungan dengan mengembalikan air ke tanah rawa dan pengelolaan kuda-kuda yang sakit di wilayah budidaya lintah. Pada waktu yang sama, penggunaan lintah yang berlebihan menumbuhkan interminable convalescences, haemorrhages dan infeksi kulit, sehingga lama kelamaan banyak yang menghindari penggunaan lintah. Setelah tahun 1850, budidaya lintah dilarang oleh banyak orang; dengan produksi melebihi permintaan dan kompetisi dengan negara-negara lain seperti Hungaria, Turki, membuat harga lintah jatuh. Setelah itu muncul epidemi kolera pada tahun 1832 dan pengembangan teknik aseptic oleh Pasteur, dokter yang menolak penggunaan lintah, yang dianggap sebagai pembawa kuman. Lintah memasuki masa kemunduran.
Kekurangan pasokan bibit dan juga tenaga kerja untuk budidaya selama PD I juga menambah kemunduran produksi lintah di Perancis dan menunjang penghentian budiday lintah. Tanah rawa mengering, ditambah dengan penggunaan pestisida dan herbisida, membuat tidak mungkin bagi lintah - yang sangat senstifi pada kualitas air - untuk bertahan.

Dari abad ke-20 sampai sekarang

Pada tahun 1938, lintah telah hilang dari dunia farmasi Perancis dan negara-negara sekitarnya. Namun tetap digunakan dalam praktek pengobatan; pada tahun 1949, sebuah artikel merekomendasikannya untuk visceral congestion, pericarditis, myelitis, laryngeal oedema, angina pectoris, hemiplegia, other congestive dan kelainan inflamasi/radang (sakit kepala, dizziness, otitis, sprains and dislocations, contusions, dll.).
Konsep baru dalam dunia pengobatan telah menodai reputasi lintah dan akibatnya hilang dari dunia terapi dengan pengembangan obat-obatan baru oleh industri farmasi. Namun demikian, pada tahun 1960 obat Perancis Vidal meringkas untuk menyediakan 1 halaman penuh untuk manfaat terapi menggunakan lintah yang dijual oleh Etablissements R.D.B di Audenge di wilayah Gironde.
Pada tahun 1972, penggunaannya sudah tidak dilindungi oleh sistem Jaminan Sosial Perancis. Tetapi pada waktu yang sama, lintah mulai menemukan pasarnya kembali dalam dunia medis, dan secara khusus dalam pembedahan. Bedah plastik dan departemen traumatology di rumah sakit dan klinik mulai menggunakannya.
Lintah telah menjadi isyu hangat lagi setelah GP banyak menggunakan lintah untuk terapi bermacam-macam kelainan: phlebitis, arthritis, keracunan darah, dll. Masalahnya lintah agak sulit memposisikan diri akibat promosi dari industri farmasi yang sangat gencar. Pada Desember 2004, MP Perancis dari wilayah Lorraine, J-L. MASSON, menanyakan kepada menteri kesehatan mengenai kenyataan lintah telah direkomendasikan sejak beberapa dasawarsa untuk berbagai penyakit ringan, yang biaya pengobatannya tidak lagi diganti oleh pemerintah. Menteri menjawab bahwa lintah adalah "makhluk hidup", mereka tidak bisa disamakan dengan "produk" dan sebagai konsekuensinya tidak bisa diganti. Pengecualiannya adalah penggantian bisa dilakukan terhadap prosedur terapi.
Pada era sekarang, industri farmasi dan laboratorium kesehatan fokus pada khasiat dari lintah. Berkat kualitasnya dalam dunia pengobatan, perannya yang tidak tergantikan dalam dunia bedah dan khasiat dari cairan ludah dan sistem saraf-nya, lintah menjadi tidak ternilai dalam perkembangan dunia pengobatan modern.
Sekarang, RICARIMPEX adalah satu-satunya perusahaan di Perancis yang meneruskan budidaya lintah di wilayah Gironde.

Penerapan Lintah Pada Kedokteran Hewan

Penggunaan lintah dalam kedokteran hewan telah menyebar luas sejak jaman dulu, namun kelihatannya kekurangan dokumentasi menyebabkan penggunaannya hanya dalam level yang rendah di masa kini. Aplikasi lintah pada kedokteran hewan mirip juga penggunaannya pada manusia.

Pada umumnya, aplikasi lintah secara medis untuk manusia juga valid untuk dunia hewan. Sehingga diindikasikan sama untuk terapi beberapa penyakit seperti thrombosis, phlebitis, boils, haemorrhoids, haematomas, oedema, tendinitis, dll. Selain itu juga bisa digunakan dalam pembedahan transplantasi jaringan.

Beberapa dokumen menunjukkan bahwa lintah banyak digunakan untuk kuda, juga pada spesies feline dan canine. Penggunannnya adalah untuk kepentingan pendarahan, khususnya jika pembuluh darah sangat bagus, terapi mastitis dan gastritis bisa diterapkan pada anjing, ophthalmia, lymphangitis dan penyumbatan di kuda.

Jumlah lintah yang dipakai tergantung pada ukuran dan penyakit hewan. Oleh sebab itu 1 lintah direkomendasikan pada hewan dengan berat kurang dari 10 kg, 1 sampai 2 lintah pada hewan dengan berat 10 - 15 kg, 3 - 4 lintah pada hewan dengan berat 30 - 40 kg dan 5 - 15 lintah pada kuda.

Tempat gigitan lintah di kulit harus disiapkan: cukur dan bersihkan kulit dengan air. Penanganan kulit yang tepat sangat membantu selama proses aplikasi, dimana kadang-kadang perlu tindakan khusus. Ketika mengigit, lintah akan menginjeksi substansi analgesic, tetapi selain itu sensasi sedikit panas akan terasa dan hewan yang digigit perlu ditanangkan.

Kontra indikasi juga hampir sama dengan pada manusia: hewan yang anemia dan hewan yang bermasalah dengan koagulasi. Lintah digunakan pada kasus pengerasan pembuluh darah - seperti laminitis akut pada kuda. Selama lebih dari 8 bulan, tim Doctor Sagiv BEN-YAKIR melakukan tes metode ini pada 4 kuda yang dipengaruhi kondisi tersebut. 4 lintah diaplikasikan pada setiap kaki yang terpengaruh. Setelah 12 jam terapi, kondisi kuda menjadi normal. Hematoma organ pendengaran pada anjing, testis bengkak, laryngitis, rectal prolapse, uterine prolapse in cattle dan vulvar inflammation juga dapat di-terapi dengan lintah. Lintah juga digunakan untuk terapi masalah seperti inflamasi, penyakit pada vena dan arteri, seperti feline aortic thromboembolism.

Penggunaan lintah juga direkomendasikan untuk inflamasi pada genital system, seperti endometriosis dan genital organ dysfunction pasca pembedahan dan rehabilitasi hewan yang memiliki komplikasi seperti septicaemia setelah parturition dan untuk mengurangi oedema pada scrotum setelah prosedur castration pada anjing dewasa.


Disadur dari berbagai sumber.

Aplikasi Lintah dalam Reparative Surgery dan Traumatology

Ketika lambat laun lintah muncul kembali di antara dokter dan ahli farmasi, lintah telah menempatkan posisinya dalam reparative surgery dan departemen traumatology selama lebih dari 30 atau 50 tahun. Sehingga, 100 tahun setelah lintah tidak terpakai dalam dunia terapi, dunia pembedahan menggunakan kembali lintah untuk mencegah penyumbatan vena dan ketika penggumpalan darah mudah terjadi pada tempat sayatan yang sulit. Lintah digunakan untuk membantu dalam proses transplantasi organ, seperti jari, telinga, dll, juga dalam pencangkokan kulit, penyedotan hematoma[1] atau sewaktu terjadi penyumbatan vena karena berbagai sebab.

Kembali pada awal abad ke-19, John Friedrich DIEFFENBACH (1792-1847), sering disebut sebagai "bapak bedah plastik", telah sukses menggunakan lintah untuk rhinoplasties dan prosedur rekonstruksi lainnya.

Kebangkitan kembali lintah dalam dunia pembedahan terjadi sekitar tahun 1960, ketika dokter bedah Slovenia menggunakannya untuk bedah jaringan, kemudian diikuti oleh dokter bedah Perancis. Di Perancis, Professor BAUDET, spesialis bedah plastik yang bekerja di rumah sakit Bordeaux, adalah yang pertama menggunakan lintah untuk menyambung jari pada tahun 1972. Sekarang, teknik itu dipakai di banyak rumah sakit di Perancis dan seluruh dunia.

Dengan adanya pembedahan mikro, timbul banyak kesulitan yang berhubungan dengan pengeringan vena yang tidak cukup/tuntas. Ketika relatif mudah bagi praktisi untuk menjahit sebuah arteri di pembedahan mikro, rekonstruksi vena jauh lebih sulit dan kadang tidak pasti. Belum sisa jaringan pencangkokan, penyambungan ruas jari atau penutup kulit tergantung pada efisiensi pengembalian vena. Melalui efek penghisapan, lintah menstimulasi pengairan sel pada resiko dari necrosis dan menjaga pemberian oksien pada jaringan. Lintah juga meningkatkan pemulihan capillary anastomosis. Lintah juga mempercepat proses memperlancar hematoma dan penyedotan darah pada cangkokan. Lintah memastikan pengeringan pada cangkokan, sebagain atau total akan menggantikan pengembalian vena, juga bisa digunakan sambil menunggu venous neo-vascularisation untuk ditumbuhkan kembali. Keuntungan penggunaan lintah adalah secara khusus untuk deoxygenated blood dan hanya menggigit jaringan yang hidup.

Lintah digunakan dalam bedah mikro dan bedah plastik untuk penyambungan jari, telinga, pencangkokan kulit kepala, rekonstruksi payudara, transplantasi jaringan. Selain itu juga direkomendasikan dalam kondisi penyumbatan traumatik: extensive haematomas of the limbs, periorbital haematomas, following facelift surgery.

Lintah digunakan dalam pembedahan ketika ada penyumbatan vena. Hewan tersebut bisa diaplikasikan segera setelah prosedur bedah mikro ketika tidak ada vena yang perlu dijahit.

Frekuensi dan durasi aplikasi ditentukan oleh dokter bedah. Terapi biasanya selama 4 sampai 5 hari, waktu tersebut dibutuhkan untuk mengembalikan kondisi vena.

Aplikasi membutuhkan tindakan pencegahan yang ketat. Kulit pasien harus dibersihkan dengan heparinated saline solution yang hangat untuk melenturkan pembuluh darah, menghilangkan zat-zat lain di kulit. Titik yang dipilih untuk aplikasi lintah ditutupi dengan selaput basah, berupa lingkaran dengan diameter kira-kira 1 centimeter.

Transplantasi organ tubuh (jari, telinga, dll) dan pencangkokan kulit

Dalam sebuah studi yang dilakukan di Inggris, 1/3 dari pembedahan maxillofacial[2] menggunakan lintah. Lintah terbukti berguna dalam rekonstruksi jaringan setelah amputasi atau cangkokan, tetapi dalam pembedahan maxillofacial dan pembedahan ekstrim, lintah secara khusus telah populer sekarang.

Use of leeches in maxillofacial surgery: Use of Hirudo medicinalis by maxillofacial surgical units in the United Kingdom: current views and practice, Rao J, Whitaker IS, Br J Oral Maxillofac Surg., 2003, 41(1), 54-5.

Ear grafts: Reconstruction of a large defect of the ear using a composite graft following a human bite injury,Y. Godwin, K. Allison and R. Waters British Journal of Plastic Surgery, 1999, 52(2), 152-154.

Finger grafts: Leech therapy in digital replantation, Golden MA, Quinn JJ, Partington MT, AORN J., 1995,62(3), 364-6, 369, 371-2.

Penis graft: Leech therapy in penile replantation: a case of recurrent penile self-amputation., Mineo M, Jolley T, Rodriguez G, Urology, 2004, 63(5), 981-3.

Penyumbatan hematoma/vena

Beberapa artikel fokus pada penggunaan lintah dalam kasus terapi hematoma. Penggunaan lintah bisa mempercepat dan secara efektif mengurangi periorbital haematoma. Selain itu juga telah sukses digunakan dalam terapi pasien yang mengalami sakit dari tekanan saraf yang disebabkan oleh hematoma pada lengan bawah. 13 lintah diaplikasikan dan menghisap darah sekitar 145 ml. Hasil yang positif dirasakan setelah 24 jam dan gejala-gejala menjadi hilang pada hari berikutnya. Tidak ada terapi lain yang diperlukan.

Penggunaan lintah telah dinyatakan sebagai metode efektif untuk menyembuhkan penyumbatan vena, khususnya pada wilayah dimana hematoma menyebar, seperti pada lidah atau scrotum.

Periorbital haematoma: Use of leeches in a case of severe periorbital haematoma, Menage MJ, Wright G. Br, J Ophthalmol. 1991, 75(12), 755-6.

Haematoma with nerve compression: Leech therapy in the treatment of median nerve compression due to forearm haematoma, Heckmann JG, Dutsch M, Neundorfer B, Dutsch F, Hartung U., J Neurol Neurosurg Psychiatry. 2005, 76(10), 1465.



1 darah diluar pembuluh darah yang mengumpul di suatu area


2 pembedahan yang khusus menangani penyakit yang berkaitan dengan mulut, janggut, wajah dan leher

Penggunaan Lintah Dalam Medis Umum

Pada jaman dulu, lintah digunakan untuk bermacam-macam aplikasi kesehatan, meskipun mekanisme cara kerjanya tidak dimengerti, namun banyak memberikan kesembuhan. Di era sekarang, para peneliti mempelajari substansi di dalam lintah yang bisa memberikan kesembuhan tersebut. Dalam pengobatan tradisional, cara-cara kuno masih dipertahankan, meskipun pengetahuan mengenai pengobatan makin bertambah. Karena kualitas antikoagulan, vasodilator, thrombolytic, anti-inflammatory dan substansi anaesthetising yang ada di dalam lintah, beberapa indikasi berikut bisa disembuhkan dengan terapi lintah:

  • osteoarthritis: knee, wrist, thumb
  • tendinitis, tennis-elbow
  • periarthritis, rheumatoid arthritis
  • localised muscle pain, cramps
  • haemorrhoids
  • varicose veins
  • thrombophlebitis
  • haematomas
  • cerebrovascular accidents at an early stage
  • tinnitus, external ear infections and chronic ear infections
  • blood conditions : haemochromatosis, mild heavy metal poisoning, accumulation of toxins
  • hypertension
  • non-cancerous, non-alcohol-related and non-cirrhotic hepatomegaly

Sejumlah peneliti telah mempelajari kasus ini:
Pada kasus osteoarthritis, penelitian telah membuktikan bahwa terapi lintah yang berulang pada lutut akan mengurangi rasa sakit. Penelitian yang dilakukan selama 3 bulan pada 16 pasien yang menderita osteoarthritis di lutut, dimana 10 pasien diberi 4 lintah dalam waktu 80 menit di lutut dan 6 pasien diberi pengobatan konvensional, telah dibuktikan bahwa pasien yang diterapi dengan lintah akan berkurang rasa sakitnya dalam waktu kurang dari 24 jam. 4 minggu kemudian, efek positif dari terapi itu masih terasa. Hal ini sangat mendorong studi lebih lanjut.

Osteoarthritis of the knee : Effect of leeches therapy (Hirudo medicinalis) in painful osteoarthritis of the knee : a pilot study, A Michalsen, U Deuse, T Esch, G Dobos, And S Moebus, Ann Rheum Dis, 2001; 60, 986.

Untuk masalah telinga, berdasarkan studi di Rusia, lintah dan cairan ludahnya telah berhasil digunakan untuk terapi tinnitus, infeksi teling luar yang akut dan infeksi telinga kronis.

Ear diseases : Use of the medicinal leech in the treatment of ear diseases, Seleznev KG, Shchetinina EA, Trophimenko NP, Nikonov GI, Baskova IP., ORL J Otorhinolaryngol Relat Spec.,. 1992 ; 54(1): 1-4.

Sebuah tim telah mendemonstrasikan kemanjuran terapi lintah untuk membantu venous decongestion, the resorption of oedema dan hyperpigmentation dan penyembuhan bisul. Studi dilakukan pada 20 pasien yang memiliki bisul. Lintah diaplikasikan pada wilayah bisul. Setelah terapi, semua bisul bisa sembuh, 95% pasien telah berkurang di bagian oedema surface area dan 75% pasien telah berkurang di bagian hyperpigmentation. Sebagai tambahan, perbandingan pO2 dari darah yang diambil oleh lintah dan darah yang ada di pembuluh pasien menunjukkan bahwa lintah lebih suka menghisap darah yang ada di pembuluh sehingga bisa membantu menyembuhkan bisul.

Varicose veins : Leech therapy for complicated varicose veins, Bapat RD, Acharya BS, Juvekar S, Dahanukar SA, Indian J Med Res. 1998, 107, 281-4.


Disadur dari berbagai sumber.

Penggunaan Lintah

Meskipun ada banyak spesies lintah, Hirudo medicinalis adalah yang paling banyak digunakan di dunia kesehatan karena jenis ini paling efektif untuk terapi. Lintah yang akan dipakai untuk terapi sebaiknya tidak diberi makan minimal 3 bulan, tidak pernah kontak dengan darah manusia, dan sebelumnya hanya diberi makan darah unggas yang sehat. Lintah juga dipilih yang memiliki berat 1 gram sampai 2 gram. Pencernaan lintah sangat lambat, dengan tidak memberi makan selama minimal 3 bulan, ketika digunakan terapi, lintah akan menempel dan menyedot darah pasien dengan optimal. Pastikan bahwa lintah hanya dipakai sekali, setelah pemakaian harus langsung dibuang dengan dicelupkan ke dalam larutan pemutih baju.

Agar lintah bisa menempel dengan mudah, kulit pasien harus dibersihkan dulu dengan sabun untuk menghilangkan bau keringat dan sisa-sisa zat kimia yang menempel di kulit (parfum, krim, dll) yang bisa mengganggu lintah. Jumlah lintah yang digunakan untuk terapi tergantung kebutuhan dan kondisi pasien (umur, riwayat medis, kontra indikasi).

Penggunaan lintah bisa menggunakan metode yang berbeda-beda. Tekanan adalah metode yang paling mudah untuk menggunakan lintah dalam jumlah yang banyak. Ikatan yang kuat akan menahan tekanan dan lintah diaplikasikan pada tekanan tersebut. Tabung kaca bisa digunakan untuk mengaplikasikan lintah pada tempat yang tepat dan memudahkan untuk melihat proses penempelan lintah.

Gigitan lintah mempengaruhi 2 hal: pertama jumlah darah yang dihisap lintah, diikuti oleh pendarahan; yang kedua, injeksi cairan ludah lintah ke dalam sistem peredaran darah pasien. Lintah akan jatuh dengan sendirinya setelah menghisap kira-kira 20 sampai 45 menit. Lebih baik menunggu sampai lintah jatuh dengan sendirinya daripada menarik dengan paksa dari tubuh pasien, karena bisa menimbulkan bekas pada kulit dan juga menghilangkan manfaat dari terapi. Pendarahan yang terjadi setelah gigitan juga perlu diperhatikan, jumlah darah yang keluar selama gigitan dan pendarahan kira-kira 60 gram, tergantung pada efek terapi dan sensitifitas pasien. Air beroksigen bisa digunakan untuk menghentikan pendarahan.

Resiko dan kontra indikasi

Terapi dengan menggunakan makhluk hidup memiliki resiko terhadap infeksi. Untuk meminimalisasi resiko, semua lintah yang digunakan tidak boleh ada kontak dengan darah manusia. Namun, lintah bukan merupakan media yang steril, dan seperti makhluk hidup lain, akan membawa kuman yang sebenarnya tidak beresiko terhadap manusia yang sehat namun beresiko terhadap manusia yang kekebalan tubuhnya kurang. Lintah membawa bakteri menguntungkan, Aeromonas hydrophila dan Pseudomonas hirudinis, yang penting dalam proses pencernaannya, namun kadang-kadang bisa menyebabkan infeksi. Menyadari resiko ini, rumah sakit bisa mengimplementasikan 2 pencegahan: dekontaminasi luar dengan menggunakan solusi antibiotik aktif atau antibiotik prophylatic pada individu dengan resiko tinggi.

Komplikasi lain meliputi pendarahan terus menerus setelah gigitan di vena atau arteri. Alergi urticaria (hives) juga bisa terjadi, biasanya bersifat lokal di sekitar gigitan dan hilang setelah beberapa hari.

Ada beberapa kontra indikasi lain: hypotension, penyakit haemorrhagic (misalnya haemophilia), anemia dan anticoagulant.

Memelihara Lintah

Memelihara di Bak

Untuk memelihara lintah di bak, maka lintah diberi makan darah unggas. Usahakan bahwa darah ini berasal dari unggas yang sehat, akan lebih baik bila dari tempat pemotongan unggas yang telah memenuhi standar kesehatan. Untuk mendapatkan ukuran yang sesuai, butuh waktu minimal 3 bulan. Setelah dipanen, lintah bisa dipindahkan ke media penyimpanan, selanjutnya bisa langsung dipasarkan ke pengguna.

Untuk budidaya yang memenuhi standar kesehatan, sebaiknya pertumbuhan lintah selalu dipantau dalam setiap tahap, sehingga perkembangan lintah bisa ditelusuri mulai dari kelahiran sampai ke pengguna.

Memelihara di Alam

Untuk memelihara lintah di alam, buatlah tempat pemeliharaan semirip mungkin dengan habitat asli lintah, tanah yang memiliki banyak humus, mengandung sisa-sisa daun, kayu yang telah busuk, dan ditumbuhi banyak tanaman air. Tanah yang mengandung sisa-sisa daun, kayu yang membusuk bagus untuk lintah, sebagai tempat berlindung ketika udara terlalu panas atau terlalu dingin. Keberadaan tanaman air akan memperkaya oksigen di dalam air dan melindungi lintah, yang suka bersembunyi di antara tanaman-tanaman tersebut. Lintah suka menempati daun teratai yang lebar, yang bisa memberikan perlindungan terhadap terik matahari. Tanaman air di tengah-tengah kolam dan tanah yang kaya akan sisa-sisa daun, kayu yang telah membusuk di sekeliling kolam juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kepompong lintah. Jagalah agar tempat di sekelilingnya tidak terlalu banyak tumbuh tanaman-tanaman yang tidak berguna.

Sama seperti struktur kolam, kualitas air adalah faktor yang penting dalam pemeliharaan lintah. Tingkah keasaman (pH) mendekati normal, kualitas bakteri yang bagus, bebas dari pupuk kimia, penggantian air secara rutin, dan volume air yang tetap merupakan hal yang esensial untuk perkembangbiakan lintah. Lintah menyimpan kepompong-nya di lingkungan yang lembab, tetapi diatas air. Jika ketinggian air meningkat, maka akan beresiko kepompong bisa jatuh ke air. Inilah yang menjadi alasan, mengapa kolam perlu dilengkapi peralatan untuk menjaga agar volume air tetap. Air sebaiknya berasal dari air tanah. Kolam alami sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca, sehingga lintah juga mengikuti perubahan cuaca tersebut. Di lingkungan yang alami, reproduksi lintah tergantung pada iklim.

Mengenai pemberian makan di tempat pemeliharaan yang alami, juga penting untuk diperhatikan. Lintah makan binatang liar yang ada di kolam, seperti ampfibi, telur ampfibi, dan larva serangga. Lingkungan yang alami memungkinkan lintah mencari makanan sendiri untuk bertahan hidup. Untuk alasan kesehatan lintah (pembusukan tubuh, perkembangbiakan predator) dan untuk mengoptimalkan kontrol diet lintah, maka tidak perlu diberikan makanan tambahan terhadap lintah.

Proses pemanenan dilakukan dengan menggunakan jaring dengan pegangan yang lurus (bisa dibeli di toko pemeliharaan ikan). Lintah yang telah dipanen kemudian diurut dan disortir berdasarkan ukurannya. Lintah yang memiliki ukuran terlalu kecil (tidak sesuai), akan dipelihara lagi di dalam bak sampai ukurannya sesuai. Lintah yang memiliki ukuran sesuai dan pas biasa disebut “Belle Moyenne” dalam bahasa Perancis, biasanya miliki berat antara 1 gram sampai 1.8 gram, siap dimasukkan ke media penyimpanan selanjutnya untuk terapi. Lintah yang memiliki ukuran besar disebut “Grosse Moyenne” dalam bahasa Perancis, siap dimasukkan ke media penyimpanan biasanya untuk induk.

Data dan Fakta Lintah

Daerah Penyebaran
Wilayah penyebaran meliputi seluruh Eropa utara dan selatan sampai ke pegunungan Ural dan negara-negara yang berbatasan dengan northeastern Mediterranean (Sawyer, 1986).

Biogeographic Regions:
palearctic (native ).

Habitat
Lintah medis adalah bangsa amfibi, memerlukan tanah dan air, dan lebih suka tinggal di air yang segar. Habitat khusus untuk Hiduro medicinalis adalah kolam kecil dengan dasar berlumpur, tumbuhan alang-alang di pinggir kolam dan berisi banyak katak (Sawyer, 1986).

Aquatic Biomes:
danau dan kolam.

Budidaya Lintah

Kolam:
Ukuran 6x3 meter dengan tinggi 0,8 meter

Pembibitan/Pembenihan:
Untuk mendapatkan benih lintah, kita bisa membeli lintah dewasa kepada petani lintah. Untuk 50 ekor lintah bisa menghasilkan kira-kira 20.000 ekor bibit lintah.

Makanan:
Ikan lele dewasa, ikan gabus dewasa, belut dewasa dll.

Pembesaran:
Makanan lintah yang terbaik adalah belut dewasa. 1 kg belut dewasa untuk 20.000 ekor lintah dalam masa 1 minggu sampai 1 bulan.

Penghitungan laba budidaya lintah
Dengan bibit sendiri
Pakan: belut 4 kg dalam 1 bulan dengan 1 kg belut Rp 45.000,-
berarti 45.000 x 4 = 180.000
Laba Penjualan:
20.000 ekor lintah berharga Rp 30.000.000,- di kurangi Rp 180.000,-
Laba = 29.820.000,-
Jadi, bisnis lintah sangat menjanjikan

Manfaat lintah untuk terapi kesehatan yaitu sedot lintah di tepat-tempat terapi lintah untuk mengobati penyakit kanker, kencing manis, dll.

FDA Mengijinkan Lintah Sebagai Sarana Medis

updated 6/28/2004 5:55:34 PM

Pemerintah AS akhirnya mengijinkan perdagangan lintah medis. The Food and Drug Administration pada hari Sening mengatakan bahwa Ricarimpex SAS, sebuah perusahaan Perancis, sebagai perusahaan pertama yang mengajukan dan menerima izin FDA untuk menjual lintah sebagai alat medis.

Lintah telah digunakan secara luas di rumah sakit AS, dan perusahaan yang membudidayakan sebelum tahun 1976 diperbolehkan untuk tetap beroperasi. Namun, undang-undang kesehatan yang baru mensyaratkan bahwa perusahaan yang baru harus mendapatk izin dari pemerintah.

FDA melaporkan bahwa lintah bisa membantu untuk mengembalikan kondisi kulit bekas luka/operasi dengan menghilangkan darah di bawah lapisan bekas luka tersebut dan melancarkan sirkulasi darah dengan menghilangkan darah yang mengendap.

Sesungguhnya penggunaan lintah untuk menyerap darah telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Lintah-lintah ini telah digunakan sebagai terapi alternatif untuk "bekam" dan amputasi. Puncak penggunaannya adalah sekitar pertengahaun tahun 1800-an.

FDA menyatakan bahwa saat ini lintah digunakan di seluruh dunia sebagai sarana untuk mengembalikan kondisi kulit pasca luka/operasi. Lintah medis yang juga dikenal sebagai hirudo medicinalis memiliki habitat di air.

Sebagai bahan pertimbangan atas pengajuan ijin Ricarimpex, FDA telah menganalisa penggunaan lintah dalam dunia pengobatan, mengevaluasi data dari perusahaan terkait dengan makanan yang diberikan selama proses pemeliharaan lintah, lingkungan, dan para personel yang menanganinya.

© 2012 The Associated Press.

Source: MSNBC

Hirudotherapy

Hirudotherapy adalah terapi kesehatan dengan menggunakan lintah medis. Terapi ini telah ada sejak dahulu dan tetap eksis sampai sekarang di tengah-tengah modernisasi alat-alat medis. Fakta-fakta menunjukkan bahwa hirudotherapy telah berhasil menyembuhkan berbagai macam penyakit dan hirudotherapy telah diakui secara resmi oleh pemerintah di banyak negara.

Ilmu tentang penggunaan lintah medis untuk keperluan pengobatan telah dirahasiakan selama berabad-abad. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, rahasia cara kerja kelenjar getah pada lintah akhirnya bisa dipecahkan. Hirudotherapy modern berbeda dengan terapi kuno, karena hirudotherapy sekarang tidak menggunakan lintah liar; namun menggunakan lintah yang dikembanbiakkan di media khusus. Selain itu, lintah hanya digunakan sekali pakai, untuk menghindari penularan penyakit antar pasien.

Keuntungan dan keamanan hirudotherapy telah dibuktikan selama ribuan tahun oleh banyak orang. Salah satu zat penting yang ditemukan di dalam kelenjar ludah lintah medis adalah hirudin, yang berperan dalam mencegah proses pembekuan darah. Jadi lintah medis adalah produsen biologis untuk “zat aktif biologi”. Hasil dari penggunaan “zat aktif biologi” pada makhluk hidup adalah:

  • menormalisasi dan memperbaiki sirkulasi kapiler
  • memberikan efek antiinflammation secara cepat
  • memberikan efek anti stress dan adaptogene
  • memberikan efek imunitas (ketahanan tubuh)
  • anestesi
  • antikoagulasi
  • memberikan efek anti bakteri

“Zat aktif biologi” akan bereaksi terhadap organ tubuh selama proses penyedotan darah oleh lintah medis melalui pembuluh darah. Zat ini akan memperbaiki sirkulasi darah di dalam organ tubuh tertentu, membentuk trombolitic, antiinflammatory, aksi imunitas, meningkatkan nutrisi jaringan, memperkuat ketahanan jaringan. Rasanya tidak mungkin untuk menyebutkan semua penyakit yang berdampak positif dengan hirudotherapy. Lebih mudah untuk menyebutkan kontra indikasi seperti di bawah ini:

  • hemofilia (penyakit darah susah untuk menggumpal)
  • ibu hamil, anemia, hipotoni (tegangan otot yang rendah)

Hirudotherapy bisa digunakan sebagai metode yang independen dan bisa juga digunakan bersama dengan terapi yang lain. Dokter telah mengetahui bagaimana sulitnya untuk menyembuhkan penyakit inflamasi kronis. Inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yg ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ tubuh. Penambahan dosis obat kimia pada penderita inflamasi tidak menyelesaikan masalah, karena bisa memicu serangan pada organ lain (pada hati, ginjal, sumsum tulang belakang, kelenjar endokrin). Akibatnya timbul masalah seperti disbacteriosis, hepatitis, nephropathy[1], penurunan imunitas, tetapi inflamasi kronis yang diderita pasien tidak sembuh. Disinilah waktunya melakukan hirudotherapy. Substansi aktif biologis yang terkandung di dalam kelenjar kelenjar ludah lintah bisa mengembalikan sirkulasi darah dalam sumber inflamasi, menghilangkan iskemia (anemia lokal yg disebabkan oleh penyumbatan arteri yg membawa darah) organ tubuh, menyediakan pergantian jaringan kapiler dan akibatnya bisa mengantarkan aliran obat-obat kimia ke sumber inflamasi, memperbaiki perlindungan imunitas dan regenerasi jaringan. Pada kondisi tersebut penggunaan obat kimia juga mungkin dalam dosis yang kecil. Faktor-faktor yang ada tidak membatasi kemampuan hirudotherapy untuk mempengaruhi sumber inflamasi. Hal yang penting adalah di dalam kelenjar ludah lintah ada zat yang mampu untuk menahan pertumbuhan bakteri. Salah satu zat yang telah diteliti adalah hirudin. Percobaan pada binatang, aksi hirudin untuk merusak bakteri telah terbukti. Misalnya pada tromboflebitis (invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas.), penggunaan hirudin untuk merusak bakteri. Kemampuan kelenjar ludah lintah medis untuk memasuki "garis demarkasi" dari inflamasi ditentukan oleh faktor penetrasi, yang tak lain adalah enzim gialuronidaza.

Fitur pada hirudotherapy secara esensial berbeda dengan metode terapi lainnya. Selain efek yang telah disampaikan diatas, perlu diingat bahwa zat aktif biologi bisa mempengaruihi zona refleks. Setelah diamati, ternyata lintah lebih suka menyedot pada titik yang pernah dilakukan akupunture sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa selain efek zat aktif biologi yang didapat dari hirudotherapy juga memberikan pengaruh pada zona refleks.

Sebagai contoh pada penanganan penyakit darah tinggi, pemberian zat aktif biologi pada area occipital dan cervical akan memberikan dampak anaesthetic, vasodilating dan hipotenzive. Selain memberikan zat aktif biologi, lintah juga akan menyedot darah pada titik tersebut. Seekor lintah bisa menyedot kira-kira 5 - 10 ml darah. Proses akan dilakukan beberapa jam (sekitar 12 - 24 jam) dan pasien akan kehilangan 20 - 30 ml darah. Maka dengan aplikasi 5 ekor lintah secara bersamaan, pasien akan kehilangan 100 - 250 ml darah dan tidak bisa dipungkiri lagi bahwa hal ini sangat menguntungkan daripada mengambil darah dari pembuluh vena.

Mengambil darah dari area yang sakit berlangsung kira-kira 1 jam. Maka hal tersebut akan membuat kondisi yang stabil, pembuluh akan mengambil darah baru, sehingga bisa memperbaiki sirkulasi mikro, pemberian nutrisi pada jaringan, pergantian sel, pembuluh yang tersumbat akan lancar dan organ yang ischemia akan hilang.

Setelah proses terapi yang terdiri dari 5 - 10 prosedur dengan menggunakan 4 - 10 lintah, hasilnya akan terasa. Pada penderita jantung, terapi lintah pada titik di hati bisa mengurangi tekanan pembuluh arteri, sehingga mengurangi kemacetan sirkulasi darah di hati, memperbaiki pertukaran udara di rongga paru-paru dan menyegarkan jantung. Efek ini datang sebagai hasil langsung aksi hipotenzive dan anticoagulating dari hirudin dan pada tingkat yang tidak kecil sebagai hasil ketahanan peripheral. Hirudotherapy memainkan peranan penting pada penyakit yang berkaitan dengan sistem kardiovaskuler. Perlu untuk dicatat kemampuan hirudin untuk mempengaruhi proses penggumpalan darah. Kondisi cairan darah dan proses penggumpalannya diatur oleh interaksi fungsi 2 sistim organisme: clotting dan anticlotting. Sistem anticlotting menjaga darah agar tetap dalam kondisi likuid, menjaga agar tidak menggumpal, sedangkan anticlotting memberikan perlindungan dari pendarahan waktu terjadi kerusakan pembuluh darah. Untuk pasien yang menderita penyakit iskemia jantung, hipertensi, untuk manula, untuk pasien dengan diabetes masalah utamanya adalah aterosklerosis pada pembuluh darah dan sebagai akibat angiopathy; aterosklerosis tidak lain adalah kerusakan pembuluh darah, yang mangaktifkan sistem clotting. Salah satu hal yang berbahaya dari penyakit jantung dan pembuluh darah adalah trombosis (pembekuan darah di dalam pembuluh darah; pembuluh darah tersumbat) arteri di dalam organ tubuh yang vital. Pengeluaran trombosis adalah infarction dari hati, otak, paru-paru yang bisa berakibat fatal. Stimulasi aktifitas fibrinolitic dan sistem anticlotting darah pada penyakit tersebut, oppression of formation of trombs, dan pengurangan viskositas darah diperlukan untuk kepentingan medis dan pencegahan pada kondisi iskemia. Mekanisme dari aktitivas hirudin di thrombin masih diteliti. Hirudin memblokade kerja thrombin dan akhirnya kehilangan fungsinya, tidak mengubah fibrinogen menjadi fibrin.

Pada beberapa penelitian, setelah terapi lintah ada normalisasi parameter yang terpisah dari coagulogramme, pada kombinasi awal koagulasi. Sistem anticoagulating menjadi aktif dan pada saat yang berlawanan menjadi semakin aktif. Efek yang sama tidak ditemukan bahkan ketika menggunakan antikoagulasi seperti heparin dan aspirin. Seharusnya ditambahkan efek lipotropal terhadap enzim kelenjar ludah lintah yang mampu mempengaruhi blood lipid.

Pada awal abad ini, ilmuwan mengasumsikan bahwa pertumbuhan atherosclerosis bisa dicegah dengan terapi lintah. Pada tahun 1984 - 1989 telah dibuktikan melalui eksperimen bahwa pemberian cairan ludah linah pada tikus yang menderita atherosclerosis kuat, bisa mengurangi lipid di arteri abdominal dan paru-paru.

Sudah banyak yang tahu bahwa lipoproteids dengan kepadatan rendah bisa memicu pertumbuhan atherosclerosis, tetapi lipoproteids dengan kepadatan tinggi sangat berperan pada faktor protective antisclerous. Pada penyakit jantung iskemia, ada redistribusi kolesterol dalam kelas lipoproteids yang berbeda. Hal tersebuh akan meningkatkan lipoproteids dengan kepadatan rendah dan mengurangi lipoproteids dengan kepadatan tinggi. Pasien pada kelompok ini akan mengalami peningkatan lipid, triglicerids, kolesterol pada dinding arteri. Banyak praktisi menyatakan bahwa ada pengurangan jumlah triglicerids dan kolesterol di dalam darah setelah dilakukan beberapa kali hirudotherapy. Kemungkinan efek dari "penyembuhan" yang didapat setelah hirudotherapy adalah mata yang lebih cemerlang, memperbaiki elastisitas kulit, menghilangkan kerut wajah. Hal ini dimungkinkan karena hirudotherapy akan melancarkan pembuluh darah di kulit dan organ dalam. Mungkin, hasil dari aksi girudin dan gialuronidaze adalah memperbaiki sirkulasi darah tidak hanya pada titik terapi, tapi juga organ-organ lain. Terapi itu akan mengurangi pembengkakan dan efek kosmetik. Selain itu, juga akan meningkatkan imunitas.

Penyakit pembuluh darah, jantung, paru-paru kronis dan hati mungkin bisa diterapi dengan hirudotherapy. Pada gangguan jantung dan paru-paru, biasanya akan menimbulkan stagnasi peredaran darah dan ini bisa memicu gangguan hati. Penyedotan stagnasi peredaran darah dengan hirudotherapy, efek dari enzim lipotropic, dan pengurangan hypotasis pada hati akan memberikan perbaikan kesehatan pasien.

Hirudotherapy bisa dipandang sebagai sarana pencegahan, juga bisa digunakan sebagai metode penyembuhan ishemic heart disease, insult and other vascular pathologies,at diseases of exchange,at endocrine diseases,nervous diseases, at all inflammatory diseases and so on. Perlu diingat bahwa keberhasilan hirudotherapy tidak hanya ditentukan oleh zat yang dihasilkan lintah, namun juga ditentukan oleh pengalaman dokter dan kerjamana dokter - pasien.



1 kelainan ginjal

Juragan Lintah Beromzet Jutaan Rupiah

Menjijikkan tapi menguntungkan. Begitulah slogan Midin Muhidin, pengusaha dari Depok, Jawa Barat, dalam mengibarkan usaha lintahnya. Di tangannya, binatang penghisap darah ini justru membawa berkah dan rezeki. Baru setahun lebih usahanya berjalan, ia sudah bisa mengantongi omzet hingga Rp 120 juta per bulan.

Sebelum memulai bisnis lintah, Midin Muhidin adalah seorang karyawan di semuah perusahaan perakitan pompa minyak dan gas dengan jabatan document controller and HSE safety. Bosan menyandang status karyawan kantoran dengan rutinitas jam kantor dan penghasilan pas-pasan selama tujuh tahun, ia pun memutuskan untuk berwiraswasta.

Midin lantas meninggalkan pekerjaannya. "Dengan jam kerja yang fleksibel, membuat saya punya lebih banyak waktu luang bagi diri sendiri," kata Midin. Pria kelahiran 15 Juli 1972 ini kemudian berburu informasi mengenai komoditas yang paling menguntungkan untuk dibudidayakan. Sampai suatu ketika, Midin melihat peluang usaha lintah secara kebetulan.

Lintah dan Sejarah Pengobatan

Selama lebih dari 4000 tahun, lintah telah menjadi alat terapi yang populer. Para ahli pengobatan Yunani dan Romawi telah menggunakan lintah sebagai sarana pengobatan. Pada abad ke-19, terapi lintah mengalami masa keemasan. Berjuta-juta lintah telah digunakan untuk kepentingan medis. Pertengahan tahun 1800-an, lintah banyak digunakan untuk menyedot darah (bekam).

Lintah bisa diaplikasikan ke mulut dan ke dalam tenggorokan dengan menggunakan kaca lintah, namun kebanyakan pasien akan menelannya. Setelah itu pasien tinggal mnum air asin atau segelas anggur merah.

Kadang-kadang lintah tidak mau menyedot darah dan bisa distimulus dengan sedikit darah atau krim pada titik yang akan disedot. Selain itu, lintah juga bisa dimasukkan dulu ke dalam bir hangat.

Sekali sedot, lintah akan minum darah kira-kira seberat 2.5 - 5.5 gram (setengah sendok teh) selama 15 menit. Jika selesai sedot terjadi pendarahan pada titik sedotan, maka bisa digunakan vinegar, silver nitrate dan logam yang hangat di titik bekas sedotan.

FAQ: Terapi Lintah

Berapa jumlah darah pasien yang hilang selama proses terapi?

Lintah (spesies Eropa - Hirudo medicinalis) bisa menyedot kira-kira 5 sampai 15 ml darah dalam sekali makan. Spesies Amerika - Macrobdella Decora bisa menyedot 10 kali lebih sedikit daripada hirudo medicinalis. Hal inilah yang menyebabkan hanya spesies Eropa - Hirudo medicinalis yang digunakan untuk proses terapi medis. Secara umum, proses terapi menggunakan sampai 10 lintah, sehingga pasien bisa kehilangan darah sampai 150 ml.

Apakah gigitan lintah terasa sakit?

Gigitan lintah akan dirasakan oleh pasien seperti gigitan 2 sampai 3 nyamuk. Jadi gigitan ini tidak terasa sakit. Air liur lintah mengandung zat penghilang rasa sakit dan pencegah penggumpalan darah.

Penyakit apa yang bisa diterapi dengan lintah?

Lintah baik digunakan untuk terapi terhadap sirkulasi darah yang tidak teratur. Biasanya sirkulasi darah yang tidak lancar berhubungan dengan penyakit seperti: thrombose, cramp veins, Haemorrhoiden, cardiac infarct, impact accumulations, calcifying the containers, Tinnitus.

Selain penyakit diatas, terapi juga mendatangkan efek positif untuk penyakit seperti rheumatism, Arthrose, volume disk problems, pulling, bruises, muscular pains or muscle injuries.

Bagaimana terapi lintah dilakukan?

Berikut ini langkah-langkah praktis dalam melakukan proses terapi lintah:

  1. cuci tangan
  2. pakailah alat keamanan yang sesuai (misalnya sarung tangan)
  3. bersihkan area di tubuh pasien dengan normal saline soaked sterile gauze
  4. ambil lintah dengan tangan, taruh diatas tweezers
  5. biarkan lintah menempel pada kulit pasien pada bagian ekornya terlebih dahulu dan bagian kepala pada titik yang akan dihisap (Leeches can be loaded into an empty syringe without a plunger “rear end first” and the open end of syringe is placed over the desired site to ensure proper placement).
  6. ambil lintah yang lain jika perlu
  7. awasi proses penghisapan darah sampai selesai, kira-kira 10 sampai 20 menit. Setelah selesai, biasanya lintah akan jatuh dengan sendirinya jika tidak dilumuri garam. Lintah tidak suka garam dan akan jatuh jika dilumuri garam.


Kenapa kadang-kadang lintah tidak mau menggigit/menghisap?

Untuk beberapa kondisi kulit seperti di bawah ini, lintah tidak suka menggigit:

  • kulit dingin
  • kulit perokok
  • kulit yang mengandung parfum asli
  • kulit manula
Pengulangan terapi dimungkinkan dengan menghangatkan dan membersihkan kulit pasien. Proses ini akan melembutkan dan meningkatkan sirkulasi darah. Jika lintah tetap tidak mau menggigit, maka cara lain adalah menggunakan tusuk jarum (akupunture).


Apakah ada efek samping?

Dengan penanganan yang tepat, efek samping jarang terjadi. Reaksi lokal biasanya pada sekitar titik gigitan. Juga, rasa lemas setelah proses terapi.

Pada kasus apalagi lintah bisa digunakan?

Lintah bisa menghilangkan penumpukan darah pada otot atau kulit bekas luka/operasi transplantasi secara lebih baik daripada obat-obatan atau terapi yang lain. Mereka digunakan untuk menjaga agar darah tetap mengalir lancar di otot, kulit dan jaringan lemak yang baru dipindahkan ke organ lain (proses transplantasi organ). Jaringan baru ini disebut sebagai "flap".

Mengapa terapi lintah medis digunakan daripada terapi medis yang lain?

Pada beberapa kasus, lintah melakukan tugas lebih baik dengan menghilangkan darah yang terkumpul daripada terapi medis yang lain.

Apa keuntungan dari terapi lintah?

Keuntungannya tidak hnya jumlah darah yang dihilangkan oleh lintah. Namun, selain itu ada enzim di air liur lintah untuk mencegah penggumpalan darah sehingga darah bisa mengalir lancar dari tempat pengumpulan.

Kenapa beberapa orang menolak menggunakan terapi lintah?

Banyak orang takut dengan binatang yang merayap di tubuhnya dan menggigit.

Terapi Lintah

Mereka merayap, menggigit, dan menyedot darah --- namun, mereka menyelamatkan banyak kehidupan.

Bagi sebagian besar orang akan merasa jijik ketika melihat lintah, namun dibalik bentuknya yang menjijikkan ternyata lintah bisa membantu orang-orang menjadi lebih baik. Alat terapi alami kuno ini kembali menemukan tempatnya di tengah-tengah modernisasi medis. Lintah-lintah ini membantu para dokter untuk melakukan berbagai hal dari penyambungan jari sampai kelainan sirkulasi darah.

Lintah yang ditemukan di hampir semua tempat di dunia, tinggal di air yang sejuk, sebenarnya telah lama digunakan sebagai alat medis. 5000 tahun yang lalu, dunia medis Mesir telah mempercayai bahwa menyedot darah pasien dengan menggunakan lintah bisa membantu menyembuhkan berbagai macam penyakit mulai dari demam sampai masuk angin. Dan di Eropa tengah, lintah juga sudah banyak dipakai untuk melakukan terapi medis.

Pemerintah AS Memberi Izin Lintah Medis

Lintah telah digunakan selama ribuan tahun dalam dunia medis. Baru-baru ini pemerintah AS telah memberikan ijin atas pemakaian lintah untuk penyembuhan kulit pasca operasi cangkok dan menormalkan sirkulasi darah. FDA telah menyetujui permintaan Ricarimpex SAS, perusahaan asal Perancis, untuk memasarkan lintah medis di AS. Perusahaan tersebut telah mengembangbiakkan lintah selama 150 tahun, begitu penuturan pejabat FDA.

Dokter telah mempercayai sejak ribuan tahun yang lalu bahwa penyedotan darah oleh lintah bisa meringankan berbagai macam penyakit seperti sakit kepala sampai encok, pegal linu. Penggunaan lintah secara luas di bidang medis mencapai puncaknya pada pertengahan tahun 1800.